Senin, 18 Juli 2011

Jenderal yang Paling Ditakuti Gus Dur Presiden RI ke-4 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) adalah seorang tokoh yang sangat pemberani. Gus Dur tidak pernah takut kepada siapa pun, termasuk kepada polisi. Bahkan kepada Jenderal-nya sekalipun. Hal ini pernah dibuktikan dengan permintaan Gus Dur agar Jenderal Surojo Bimantoro (Kapolri) mengundurkan diri.

Namun rupanya, seberani apa pun seorang Gus Dur, tetap saja ada satu Jenderal yang ditakutinya. Ketakutan pada Jenderal ini pernah diungkapkan Gus Dur seusai sebuah konferensi pers. Yakni Gus Dur dipapah memasuki mobil dan para wartawan tidak lagi mengerubutinya.

Sebelum Menutup pintu mobilnya, sambil setengah berbisik Gus Dur kembali memanggil para wartawan, "Hei, saya masih punya satu informasi lagi. Kalian mau tidak ?"

"Apa itu Gus ?" tanya para wartawan sembari serentak mengerubuiti Gusdur Kembali di pintu mobilnya yang masih setengah terbuka.

"Saya mau sebutkan nama seorang Jenderal yang paling berbahaya dan berpotensi mematikan siapa saja. Jenderal ini ditakuti oleh siapa saja, jadi kalian harus berhati-hati kepada jenderal yang satu ini," ujar Gus Dur dengan mimik serius.

"Wah, siapa itu Gus ?" sambut para wartawan sambil berebut menyorongkan alat perekamnya sedekat mungkin ke wajah Gus Dur. Mereka tampak sangat mendapatkan berita eksklusif itu.

"Ok, saya harus katakan," kata Gus Dur meyakinkan. "Jenderal itu adalah Jenderal..(General) Electric ..."

"Wooo kok itu sih Gus ?" protes para wartawan.

"Lha kalian ini, maunya bikin gosip melulu. Padahal kan saya kan bener. Bahwa General Electric itu paling berbahaya. Coba, mau nggak kamu kesetrum lampunya General Electric ? Berbahaya khan ?!, kamu bisa mati kan kalau kesetrum????"

"Huuuuuuuu," balas para wartawan serentak, sambil bersunggut-sunggut dan ngeloyor ke belakang. (min)

Lempar Jumrah

Seorang pejabat tinggi dengan posisi yang dikenal “basah” berangkat dengan mengikuti program haji plus yang ongkosnya tiga sampai empat kali lipat dari haji biasa. Berbagai proses diikuti, sampai akhirnya tibalah saatnya untuk melempar jumrah yang merupakan bagian dari manasik haji, yang disimbolkan melempar syaitan yang menjadi simbol kejahatan.

Acara lempar jumlah ini berlangsung dengan ramainya. Satu per satu batunya dilempar, tetapi entah darimana asalnya, terdapat sebuah batu terlempar mengenai tubuhnya. Segera saja, batu tersebut diambil, dilihatnya, dan didalamnya terdapat sebuah tulisan Arab. Buru-buru disimpannya,

“Ini pasti jimat” pikirnya.

Begitu sampai di Indonesia, dan acara seremoni di rumah selesai, ia segera mendatangi ulama yang sangat pandai berbahasa Arab. Ditanyakanlah apa arti kata-kata di batu yang selama ini membikin penasaran.

Segera saja, ulama, yang sudah berusia lanjut tersebut mengamati dengan teliti tulisan dibatu kecil tersebut sampai akhirnya ia membacakan artinya.

“Sesama syaitan dilarang saling melempar”