Selasa, 10 Mei 2011

JUAL BELI

DIFINISI
Menurut terminologi yang dimaksud dengan jual beli adalah:
1. Menukar barang dengan barang atau barang dengan uang dengan melepaskan hak milik dari seorang kepada seoarang yang lain atas dasar kerelaan.
2. Pemilikan harta benda dengan cara tukar menukar yang sesuai dengan aturan syara’.
3. Aqad yang terjadi atas dasar penukaran harta dengan harta, yang berfaedah untuk penukaran hak milik.
Dari difinisi di atas dapat disimpulkan bahwa subtansi dari jual beli adalah suatu perjanjian tukar menukar harta atau benda yang mempunyai nilai atas dasar sukarela di antara kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda dan pihak lain yang menerima sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati dan dibenarkan oleh syara’.

RUKUN DAN SYARAT JUAL BELI
Rukun jual beli ada tiga, yaitu:
1. Aqad (ijab qabul)
Aqad adalah ikatan kata antara penjual dan pembeli, jual beli belum dianggap sah sebelum ijab qabul dilaksanakan. Ijab qabul merupakan tanda lahir untuk mengetahui kerelaan di antara penjual dan pembeli, karena kerelaan adalah perkara yang berhubungan dengan hati maka cara untuk mengetahuinya adalah dengan wujudnya ijab qabul.
2. Orang yang beraqad (penjual dan pembeli)
Orang yang beraqad disyaratkan harus:
a. Mukalaf yaitu baligh dan berakal. Ini agar tidak terjadi penipuan diantara orang yang beraqad.
b. Beragama islam, syarat ini berlaku untuk khusus untuk pembeli saja dalam benda-benda tertentu, seperti seseorang dilarang menjual hambanya yang beragama Islam kepada pembeli yang bukan Islam.
3. Obyek aqad (ma’qud alaih)
Ma’qud ‘alaih adalah benda-benda atau barang-barang yang diperjualbelikan. Syarat-syarat ma’qud ‘alaih ini ialah:
a. Suci atau mungkin bisa untuk disucikan, maka tidak sah jual beli benda-benda yang najis, seperti anjing, kotoran dan lain sebagainya.
b. Dapat diambil manfaatnya menurut syara’, maka jual beli benda-benda yang tidak dapat diambil manfaatnya menurut syara’ tidak diperbolehkan seperti jual beli babi, cecak dan lain sebagainya.
c. Tidak ditaklikkan, ini maknanya tidak boleh jual beli benda atau barang dengan digantungkan atau dikaitkan dengan hal lain seperti; jika ayahku pergi motor ini kujual kepadamu.
d. Tidak dibatasi waktunya, seperti perkataan penjual: kujual motor ini kepadamu selama setahun, sebab jual beli adalah pemindahan hak milik secara sempurna yang tidak dibatasi apapun kecuali syara’.
e. Dapat diserahkan baik langsung maupun tidak, maka tidak sah menjual binatang yang telah lari dan tidak dapat ditangkap lagi atau menjual barang yang telah hilang.
f. Barang itu milik sendiri, ini berarti menjual barang milik orang lain tanpa seizin pemiliknya tidak sah.
g. Barang yang dijual dapat dilihat atau diketahui sifat-sifatnya seperti beratnya, banyaknya dan lain sebagainya.

MACAM-MACAM JUAL BELI
Jual beli dapat dilihat dari berbagi segi, di antaranya adalah:
1. Dari segi benda yang diperjualbelikan. Jual beli dalam hal ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Jual beli benda yang kelihatan.
Ini terjadi bila benda atau barang yang diperjualbelikan ada di depan penjual dan pembeli pada waktu aqad, ini lazimnya yang banyak dilakukan oleh masyarakat, seperti membeli gula, beras dan lain sebagainya.

b. Jual beli yang disebutkan sifat-sifatnya dalam aqad.
Ini juga disebut dengan jual beli salam (pesanan). Salam adalah aqad terhadap sesuatu yang penyerahan barangnya ditangguhkan hingga masa tertentu, sebagai imbalan harga yang telah ditetapkan ketika aqad. Menurut kebiasaan pedagang, salam adalah untuk jual beli yang tidak tunai.
Dalam jual beli salam ini berlaku semua syarat jual beli dan syarat-syarat tambahan. Adapun syarat-syarat tanbahannya adalah:
*. Ketika melakukan aqad salam disebutkan sifat-sifat barang yang ditransaksikan.
*. Dalam aqad harus disebutkan segala sesuatu yang bisa menambah dan mengurangi barang tersebut.
*. Harga ditentukan pada waktu beraqad.

c. Jual beli benda yang tidak ada.
Jual beli benda yang tidak ada merupakan jual beli yang dilarang oleh Islam, karena barangnya masih tidak tentu dan tidak jelas, sehingga akan menimbulkan kerugian bagi pihak yang lain.

2. Dari segi orang yang beraqad. Jual beli ini juga terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Dengan lisan dan langsung.
Aqad jual beli ini yang biasa dilakukan oleh banyak orang,bagi orang yang punya uzur dalam hal lisan maka bisa diganti dengan isyarat-isyarat. Yang dipandang dalam aqad adalah maksud dan kehendak serta pengertian dari kedua belah pihak, bukan pembicaraan dan perkataan.
b. Dengan perantara.
Penyampaian aqad jual beli melalui utusan, perantara, tulisan atau surat menyurat, aqad seperti ini seperti halnya ijab qabul dengan ucapan. Jual beli dengan aqad seperti ini dibolehkan menurut syara’.
c. Dengan perbuatan.
Jual beli dengan perbuatan atau dikenal dengan istilah mu’athah adalah mengambil dan memberikan barang tanpa ijab qabul, seperti seseorang mengambil rokok yang sudah bertuliskanlabel harganya.

3. Dilihat dari hukumnya. Jaul beli ini terbagi menjadi:
a. Jual beli yang dibolehkan
Jual beli yang dibolehkan adalah jual beli yang telah memenuhi syarat rukunnya jual beli.
b. Jual beli yang dilarang
Jual beli yang dilarang ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
i. Jual beli yang dilarang dan hukumnya tidak sah (batal)
Jual beli ini meliputi:
*. Barang yang dihukumi najis menurut agama, seperti anjing, babi dan lain sebagainya.
*. Jual beli sperma (mani) hewan.
*. Jual beli anak binatang yang masih berada dalam perut induknya.
*. Jual beli dengan muhaqallah, yaitu menjual tanam-tanaman yang masih diladang atau di sawah.
*. Jual beli dengan mukhadarah, yaitu menjual buah-buahan yang belum pantas untuk dipanen.
*. Jual beli dengan munabadzah, yaitu jual beli dengan cara lempar melempar.
*. Jual beli dengan menentukan dua harga untuk satu barang yang diperjualbelikan.

ii. Jual beli yang dilarang tapi hukumnya sah,Cuma orang yang melakukannya mendapatkan dosa. Jual beli tersebut antara lain:
*. Menemui orang-orang desa sebelum mereka masuk kepasar, untuk membeli benda-bendanya dengan semurah-murahnya.
*. Menawar barang yang sedang di tawar oleh orang lain, seperi seseorang berkata”tolaklah harga tawarannya itu, nanti aku yang membeli dengan harga yang lebih tinggi”.
*. Jual beli dengan najasiy, yaitu seseorang menambah atau melebihi harga temannya, dengan maksud memancing-mancing orang, agar orang itu mau membeli barang kawannya.
*. Menjual di atas penjualan orang lain, misalnya seseorang berkata”kembalikan saja barang itu kepada penjualnya, nanti barangku saja kau beli dengan harga yang lebih murah”.

KHIYAR DALAM JUAL BELI
Dalam proses jual beli, menurut Islam dibolehkan memilih, apakah akan meneruskan jual beli atau membatalkannya, disebabkan terjadinya sesuatu hal. Khiyar ada tiga macam, yaitu:
1. Khiyar Majlis.
Khiyar majlis maksudnya antara penjual dan membeli boleh memilih akan melanjutkan atau membatalkan jual beli, selama keduanya masih ada dalam satu majlis.
2. Khiyar ‘Aib.
Khiyar ‘aib artinya dalam jual beli ini disyaratkan kesempurnaanbenda-benda yang diperjualbelikan, seperti seorang pembeli berkata;”saya beli mobil itu dengan harga sekian,jika mobil itu cacat akan saya kembalikan”.
3. Khiyar Syarat.
Khiyar syarat adalah penjualan yang didalamnya disyaratkan sesuatu baik oleh pembeli maupun penjual, seperti seseorang berkata;”saya jual rumah ini dengan harga 100.000.000,-dengan syarat khiyar-selama tiga hari”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar